Adakah Anak Manusia Mendapati Iman di Bumi?
“... jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Lukas 18:8)
Ayat itu adalah ungkapan yang keras karena tidak seorang pun yang bisa yakin artinya. Khususnya dengan konteksnya. Jika sebuah pertanyaan diajukan dalam bahasa Yunani, seringkali ada kemungkinan untuk menentukan apakah jawaban yang diinginkan itu "Ya" atau "Tidak". Ini dimungkinkan karena adanya kata sandang, kata depan, atau kata penghubung dan sebagainya yang khas dalam bahasa Yunani. Tetapi kemudahan semacam ini pun tidak ada dalam pertanyaan ini. Banyak penafsir menduga bahwa jawaban yang terkandung di sana adalah "Tidak". Tetapi paling tidak, bentuk kalimat ini merupakan bentuk kalimat tanya dengan kemungkinan jawaban yang lebih dari satu. |
Pertanyaan ini terdapat pada akhir perumpamaan tentang janda yang pantang mundur. Seorang janda yang menolak untuk menerima jawaban "Tidak". Perumpamaan ini dengan tujuan mengajar murid-murid-Nya bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (Luk 18:1). Tetapi apakah hubungan tujuan ini dengan pertanyaan "adakah Anak Manusia mendapati iman di bumi" jika Ia datang?
Janda dalam perumpamaan ini mempunyai iman dengan kualitas yang tekun luar biasa. Ia bukan beriman kepada hakim yang tidak adil yang dia ganggu terus sehingga hakim itu meluluskan permintaannya supaya ia diam. Ia beriman kepada keefektifan 'doa' yang terus menerus. Maksud perumpamaan ini ialah: Jika seorang hakim yang tak berperasaan, yang 'tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun' bisa mengusahakan agar janda itu menerima hak-haknya bukan supaya kebenaran ditegakkan, tetapi supaya ia bebas dari gangguannya, terlebih Allah yang bukan seorang hakim yang tidak benar melainkan Bapa yang penuh kasih, sudah pasti Ia akan mendengar permohonan anak-anak-Nya yang meminta pembenaran. Hal yang dicari oleh anak-anak Tuhan ialah pembenaran, sama seperti janda itu mendesak agar ia menerima hak-haknya yang ingin direbut oleh seseorang.
Kemudian muncullah pertanyaan, "Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" Kita perlu melihat konteks yang lebih luas dari perumpamaan yang satu ini. Dalam catatan Lukas kedatangan Anak Manusia merupakan tema besar dalam pasal sebelum ini, yaitu khotbah Tuhan Yesus mengenai "hari dimana Anak Manusia menyatakan diri-Nya" (Lukas 17:22-37). Ajaran yang terkesan dari khotbah ini kepada para pendengar adalah bahwa mereka harus berjaga-jaga dan siap bila hari itu datang. Pada hari itu Allah akan menyatakan kebenaran perkara-Nya, termasuk berkat umat-Nya yang percaya kepada-Nya. Tetapi mereka harus percaya kepada-Nya dengan tidak jemu-jemu. Mereka harus ada saat ini dan di sini terus menerus dengan setia mengerjakan pekerjaan yang diserahkan kepada mereka. (Ajaran ini juga terdapat dalam perumpamaan tentang uang Mina dalam Lukas 19:11-27).
Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya akan sama seperti kilat memancar yang menerangi 'ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain' (Luk 17:24). Terang-Nya akan sanggup menyelidiki bumi untuk melihat adakah iman di sana, siapapun dia, 'seorang mengurus rumah yang setia dan bijaksana' yang didapati tuannya melakukan tugasnya dengan setia ketika tuannya itu datang (Lukas 12:42-44).
Jadi, pertanyaan "Adakah Anak Manusia mendapati iman di bumi?" tetapi merupakan kalimat tanya dengan beberapa kemungkinan jawaban, baik dari segi fakta maupun bentuk. Jawaban atas pertanyaan ini tergantung dari ketaatan yang dilakukan dengan setia oleh mereka yang menunggu untuk mempertanggungjawabkan segala tugas mereka bila saatnya tiba.
[F.F. Bruce]